
Pangkalan Balai – Telah dilaksanakan Rapat melalui zoom meeting dengan Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) Republik Indonesia perihal upaya peningkatan produksi pangan khususnya di daerah reklamasi rawa pasang surut Sumatera Selatan, dengan narasumber yang disampaikan oleh Dr. Momon Sodiq Imanudin, S.P., M.Sc dari Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya. Bappeda Litbang Kabupaten Banyuasin, Ir. Kosarodin, MM selaku Kapala Bappeda Litbang dalam hal ini diwakili oleh Kassubid Perencanaan Sumber Daya Air dan Lingkungan Hidup, Fisop Nurhuri, S.Si., M.Si turut hadir dalam rapat ini.
Dalam paparannya Dr. Momon Sodiq Imanudin, S.P., M.Sc menyampaikan bahwa dalam konsep reklamasi lahan rawa pasang surut dilakukan dengan dua pendekatan yaitu konsep reklamasi total dan reklamasi terkontrol (minimum).
“Kita menganut reklamasi terkendali, upaya pencegahan oksidasi lapisan pirit. Sementara pengelolaan air memegang peranan penting dalam pengembangan pertanian lahan rawa pasang surut, karena pengelolaan air akan mempengaruhi kondisi muka air tanah (water table) pada petak lahan (petak tersier), Upayakan muka air selalu berada di lapisan pirit. Dukungan teknologi sangat mahal, maka diperlukan tekologi murah, adaptif, secara sosial diterima dan mudah dikerjakan.’’ ujarnya.
Selain itu, Dr. Momon Sodiq Imanudin, S.P., M.Sc menjelaskan bahwa.
“Dalam pengelolaan air daerah rawa pasang surut ditentukan sesuai kondisi lahan dan potensi air pasang. Drainase terkendali diperlukan untuk mengurangi dampak kerusakan lingkungan. Peningkatan jaringan tersier adalah dengan membangun pintu air di saluran tersier. Mutlak harus ada bila ingin indek pertanaman padi menjadi 200-300. Operasi pintu air disesuaikan dengan tujuan pengelolaan air di masing-masing tipologi lahan. Jenis tipe bangunan tidak bisa diseragamkan untuk masing-masing tipologi lahan dan untuk indek pertanaman padi dirawa pasang surut tidak harus dipaksakan menjadi IP 300 untuk padi. Periode kering lahan di perlukan juga dibutuhkan untuk volatilisasi zat beracun sementara untuk Provinsi Sumatera Selatan sejauh ini tidak diperlukan pompa kapasitas besar di rawa pasang surut. Belajar bersama petani menjadi bagian penting dalam menentukan program peningkatan jaringan tata air mikro.” imbuhnya.
Leave a Reply